Header Ads

Header Ads

Kisah Nabi Musa AS dan Penggembala

Senin, 09 Desember 2024 10:40 WIB


Seorang penggembala sedang menggembala kambingnya. (Foto: bincangsyariah.com) 

Ini kisah yang sangat menarik yang diceritakan oleh Maulana Rumi dalam buku "Qawa'id al-'Isyq al-Arba'un" (40 Kaedah Cinta), karya Elief Syafaq.

Suatu hari, manakala Nabi Musa hendak menuju bukit Sinai untuk munajat, meditasi, khalwah, dan kelak menerima wahyu, ia melihat seorang penggembala yang sedang beribadah kepada Tuhannya dengan cara yang dinilainya amat aneh.

Si penggembala itu duduk bertelekan lutut sambil mengangkat tangannya ke atas dan wajah menengadah ke atas, memandang langit biru. Ia mengatakan:

الهی الحبيب. انی احبك اكثر مما قد قد تعرف.  سافعل اي شيء من اجلك. فقط قل لی ما ذا تريد. ساغسل قدميك وانظف اذنيك. واقليك من القمل.حتی لو طلبت منی ان اذبح من اجلك اسمن خروف فلن اتردد فی عمل ذلك. اشويه واضع دهن فی الرز ليصبح لذيذةالطعم

Artinya: "Wahai Tuhan, Kekasihku. Aku sungguh mencintai-Mu dengan tulus dan seluruh jiwa dan ragaku. Aku pasrahkan hidupku kepada-Mu. Bila Kau menyuruhku mengerjakan apapun, aku akan mematuhinya. Aku akan membasuh dua "Kaki-Mu". Aku akan membersihkan telinga dan rambut kepala-Mu dari kutu. Jika Engkau meminta aku menyembelih domba paling gemuk, aku pasti akan melaksanakannya. Aku akan memanggangnya. Lalu aku akan menuangkan minyak samin di atas nasi agar rasa enak."

Nabi Musa melihat dan mendengar si penggembala itu melakukan tindakan yang salah. Tuhan punya kaki, telinga dan makan daging kambing serta nasi kebuli? Maka ia pun menegur si penggembala dan menyalahkan tata cara maupun ucapan atau bacaan ibadahnya. Sesudah itu Musa mengajarkan tata cara ibadah yang benar sebagaimana diajarkan Tuhan kepadanya. Lalu meninggalkannya.

Di tengah jalan kembali ke "Thur Sina" itu, Musa mendengar suara dari langit yang menegurnya sambil membenarkan si penggembala tadi bahkan memujinya:

"يا موسی لعله لم يكن يصلی بالطريقة الصحيحة لكنه مخلص فيما يقوله. ان قلبه صاف ونياته طيبة انی راض عنه. قد تكون كلماته لاذنيك بمثابة الكفر لكنها كانت بالنسبة لی كفرا حلوا"

"Hai Musa, boleh jadi dia menjalankan cara beribadahnya tidak benar. Tetapi dia menjalankannya dengan ikhlas. Hatinya bersih. Niatnya juga bagus. Aku ridha, senang kepadanya. Boleh jadi kata-katanya didengar telingamu salah atau bahkan seperti kesalahan besar. Tetapi menurut-Ku itu "kesalahan yang manis"."

Mendengar teguran suara dari langit itu, Musa menyesal dan merasa bersalah. Keesokan paginya ia turun dari bukit untuk mencari si penggembala. Manakala bertemu Musa melihat dia sedang shalat dengan tata cara sebagaimana yang diajarkan oleh dirinya. Lalu Musa mengatakan kepadanya:

يا صديقی لقد اخطات. ارجو ان تغفر لی . ارجو ان تصلی كما كنت تصلی منةقبل. فقد كانت صلاتك ثمينة ونفيسة فی عين الله

"Temanku, sungguh aku merasa bersalah kemarin. Aku minta maaf. Aku berharap kamu shalat seperti shalatmu kemarin itu. Shalatmu kemarin itu sangat bermutu dan bernilai tinggi di "Mata" Allah."

Meski begitu, si penggembala yang awam dan polos tadi, tidak ingin kembali beribadah dengan tata cara yang awal. Ia telah mengerti tata cara yang baru sebagaimana yang diajarkan kiai/Nabi Musa.

Demikianlah ceritanya.


Kyai Husein Muhammad